Rabu, 27 April 2011
0
resensi kumpulan cerita : alamak
Ukuran : 11 X 18 cm
Tebal : 336 halaman
Terbit : Maret 2009
Penerbit : Gramedia
Resensi Kumcer: Alamak!
Penulis: Fira Basuki
Penerbit: Grasindo
Tebal: 143 halaman
Cetakan: 3, Mei 2005
Kreativitas Fira nampak dalam prakata yang diberinya judul 'Mengapa?'
Ia menghadirkan sekapur sirih yang tidak biasa. Kata tanya ini membuka
setiap paragraf, sejak awal ia mengisahkan alasannya menulis cerpen
dan menutupnya dengan kekhilafan yang mungkin terjadi sehingga tak
menyebutkan nama-nama yang berjasa dalam kepenulisannya.
Saya akan mulai dengan skor tiap cerpen, sistem biasa untuk karya
berbentuk kumpulan tulisan.
Alamak!
Cerpen ini pernah saya baca di sisipan majalah Cosmopolitan tahun
2003. Ada sedikit perubahan di permulaan. Seperti kata B. Rahmanto
dalam pengantar buku ini, Fira tidak menjelaskan mengapa Zendra
memilih Rani yang 'bukan siapa-siapa' dibanding perempuan lain di
kantor mereka. Tambahan dari saya, ilustrasi yang menggambarkan Zendra
kurang cakep untuk keterangan cerpennya yang begitu heboh memesona.
Dunia Baru
Cerpen yang pernah dimuat di majalah SPICE! (kenapa disebut tabloid
ya?) ini favorit saya. Apalagi kalau bukan berlatar psikologi. Sedikit
peringatan untuk perempuan, yang remaja sekalipun, bahwa posesif dan
ketergantungan pada kekasih (dalih karakter Zulu ialah tidak biasa
pada hal-hal yang baru) merupakan indikasi kelainan jiwa.
Ini Bukan Mimpi
Saya sudah baca di majalah Djakarta! Akhirnya kelewat garing dan
terkesan mudah banget diterka. Mengapa lelaki yang diimpikan itu
adalah sang dokter?
Takut Mati
Paranoid klasik manusia adalah ketidaksiapan menyongsong maut hingga
mereka terdorong untuk menundanya. Mencoba mengelabui sang takdir,
Wulan malah kehilangan suami terkasihnya.
Ketika Aku Mati
Kisah kematian yang lain, bunuh dirinya seorang selebritis. Acung
jempol buat Fira yang sanggup bersetia pada kata berakhiran -u di
setiap kalimatnya. Ritmis bak puisi.
Mandy and Me
Barangkali ini sejenis tafsir dongeng. Kura-kura yang menempatkan diri
sebagai pangeran untuk gadis kecil bernama Mandy. Menarik sebab
diceritakan dari sudut pandang si kura-kura.
Gantinya Barbie
Ini favorit saya yang lain. Bagaimanapun mahalnya sebuah boneka atau mainan, seorang anak perempuan akan merindukan ayahnya. Tak peduli sang ayah telah melukai hati ibunya. Amat menyentuh.
Stiletto
Sebuah potret kebanggaan dan keseksian mode berupa sepasang alas kaki
bermerk yang modelnya menyiksa urat. Penutup yang mengundang senyum.
Saya suka 'pelarian' Fira pada analogi dongeng putri duyung yang rela
kesakitan demi memperoleh kaki manusia agar dapat bersanding dengan
pangeran idamannya.
Hitam Putih
Jlimet, karena banyaknya dialog tanpa keterangan. Kita disuruh menebak
siapa yang siapa di antara empat tokoh dalam cerpen ini. Namun saya
menyukai akhirnya, meski sempat dilanda kebingungan. Cerita berbingkai
yang unik.
Alamak! juga dihiasi foto sampul karya-karya Fira
terdahulu yang juga diterbitkan Grasindo, serta ilustrasi hitam putih
menjelang setiap cerpen.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “resensi kumpulan cerita : alamak”
Posting Komentar